Pertama
kali saya mendengar istilah Jurnal Predator yang terlintas di fikiran saya ini
adalah semacam karnivora yang memangsa makluk lainnya. Kemudian setelah
menulusur ternyata pemikiran saya tidak terlalu meleset, Ya, Jurnal Predator ini
memang semacam pemangsa namun mangsanya adalah para ilmuan putus asa, kenapa
saya mengatakan ilmuan putus asa, karena para ilmuan yang menggunakan jasa
Jurnal Predator ini adalah ilmuan yang sudah mencoba mengirimkan karya ilmiah
mereka ke jurnal-jurnal internasional yang kredibel namun tidak berhasil lolos
oleh reviewer sehingga mengambil jalan pintas dengan menggunakan jasa Jurnal Predator dan membayar lebih mahal agar makalahnya bisa diterbitkan.
Kebanyakan ilmuan putus asa tersebut adalah ilmuan dari negara-negara
berkembang. Isu jurnal predator (predatory journal), juga merupakan keprihatinan atas fenomena penyalahgunaan
inisitatif open access journal (OAJ). Fenomena jurnal predator pertama kali dikemukan oleh Jeffrey
Beall seorang pustakawan dari University of Colorado. Jeffrey Beall melakukan
penelitian tentang jurnal-jurnal predator yang dikembangkan secara open-access (OA) dan menemukan bahwa
hampir 98% jurnal di internet adalah jurnal predator. Berikut adalah adalah
daftar dari Jefferey Beall atas jumlah jurnal preadator dari tahun 2011-2015.
sumber: https://scholarlyoa.com
Hasil penelitian Beall juga
memperlihatkan bahwa hampir semua jurnal predator yang beroperasi saat ini
dikendalikan dari India, Pakistan, serta Negara-negara di Afrika meskipun di
situsnya sering tertulis alamat surat Amerika, Kanada atau Eropa untuk
mengelabui para calon konsumen. Contoh yang paling jelas adalah makalah hasil
copy-paste di bidang pertanian yang mengatasnamakan penyanyi Inul Daratista dan
Agnes Monica sebagai penulis makalah disebuah Jurnal Predator yang berpusat di
Afrika tahun lalu. Jeffrey Beall sempat membahas ini di blognya, kejadian ini
sangat memalukan bagi jurnal tersebut karena jelas bahwa makalah tidak
diperiksa oleh reviewer sebelum diterbitkan. Sejatinya sebuah makalah ilmiah
untuk bisa diterbitkan di jurnal internasional yang kredibel harus melewati
beberapa tahap diantaranya proses peer
review dan proses penilaian oleh International
Board. Untuk
masuk tahap peer review saja seseorang yang ingin makalahnya dipublikasikan harus
membayar USD 500-1800. Sebuah penerbit yang juga ada
dalam daftar hitam Beall adalah Omics Group yang dipimpin Srinubabu Gedela:
memiliki 250 jurnal dan memungut bayaran sampai 2.700 dollar AS per makalah!
Gedela mengaku seorang doktor dari sebuah universitas di India dan pakar
bioteknologi. Tidak hanya itu saja Jurnal Predator juga mengenakan biaya kepada
ilmuan untuk menarik kembali makalahnya.
Maraknya jurnal ilmiah predator, merupakan akibat tingkat
kebutuhan yang tinggi dari pada ilmuwan dan akademisi dari negara-negara
berkembang yang membutuhkan publikasi hasil riset mereka di jurnal-jurnal
internasional. Di Indonesia sendiri misalnya, akhir Januari 2012 Dirjen Dikti
Kemdikbud mewajibkan para kandidat doktor sejak Agustus 2012 mengirimkan karya
ilmiah ke jurnal internasional. Tuntutan untuk publikasi ke jurnal nasional
terakreditasi ataupun jurnal internasional ini tak jarang juga berkaitan dengan
syarat kenaikan pangkat dan sertifikasi dosen serta dana hibah riset yang
jumlahnya cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA
https://scholarlyoa.com/2012/12/06/bealls-list-of-predatory-publishers-2013/
(Diakses minggu 30 oktober 2016)
Priyanto, Ida Fajar. 2016. Kebutuhan dan Perilaku Informasi. Materi Kuliah Isu-isu Kontemporer Informasi. Yogyakarta
Jeffrey
Beall, Scholarly Open Access - Critical analysis of scholarly open-access
publishing.