Dunia
saat ini sedang memulai era Internet of Thing, dimana semua benda dimuka bumi
ini memiliki ID khusus yang membuatnya dapat dikendalikan melalui internet dari
mana saja dan kapan saja. Fenomena IOT telah memunculkan banyak tenologi baru yang
memungkinkan penerapannya disegala bidang kehidupan, termasuk perpustakaan.
Salah
satu teknologi implementasi dari IOT yang kini sedang dikembangkan dan mulai
digunakan di perpustakaan adalah teknologi RFID. Radio Frequency Identification (RFID) adalah teknologi identifikasi otomatis
dengan menggunakan gelombang elektromagnetik untuk transmisi dan menerima
informasi yang tersimpan dalam tag atau transponder atas
permintaan RFIDreader (Jin Li and Cheng Tau, 2006) (Amin R, L Yang,
Manoz T, 2009). Suatu sistem berbasis teknologi RFID memiliki beberapa
keuntungan dibanding dengan identifikasi konvensional seperti rentang membaca
lebih tinggi, lebih cepat transfer data, kemampuan RFID tag yang
dapat ditanam kedalam suatu objek atau benda, dan juga kemampuan untuk membaca tagdalam jumlah yang besar secara bersamaan. (W-K. J,
S. S Peng dan W-H Huang 2008)
Suatu sistem RFID secara utuh terdiri atas 3 komponen:
Ø Tag RFID, dapat berupa stiker,
kertas atau plastik dengan beragam ukuran. Didalam setiap tag ini terdapat chip
yang mampu menyimpan sejumlah informasi tertentu.
Ø Terminal Reader RFID, terdiri
atas RFID-reader dan antenna yang akan mempengaruhi jarak optimal identifikasi.
Terminal RFID akan membaca atau mengubah informasi yang tersimpan didalam tag
melalui frekuensi radio. Terminal RFID terhubung langsung dengan sistem Host
Komputer.
Ø Host Komputer, sistem komputer
yang mengatur alur informasi dari item-item yang terdeteksi dalam lingkup
sistem RFID dan mengatur komunikasi antara tag dan reader. Host bisa berupa
komputer stand-alone maupun terhubung ke jaringan LAN / Internet untuk
komunikasi dengan server.
Selain
berfungsi sebagai tag identifikasi, tag RFID juga memiliki berbagai fitur
sekuritas bawaan (built-in) sehingga dapat dikembangkan sebagai pondasi
infrastruktur pengendalian. Layanan self-service diwujudkan dengan sebuah
perangkat Smart Self-Service Kiosk. Perangkat ini merupakan perpaduan dari: komputer,
smartcard reader, terminal RFID, dan Self-Check-In Box. Dengan kartu anggota
berbasis smartcard, keabsahan status anggota dapat diverifikasi dengan
memasukkan kartu anggota ke smartcard-reader dan memasukkan PIN. Verifikasi
dapat diperkuat dengan menggunakan sidik jari. Seluruh koleksi yang akan
dipinjam akan diidentifikasi, tag di setiap koleksi akan diperbaharui dengan
informasi peminjam, sehingga koleksi dapat melewati gerbang deteksi tanpa
memicu alarm pencurian. Untuk mengembalikan koleksi tidak perlu menggunakan
layanan loket, cukup memasukkan seluruh koleksi ke Self-Check In Box. Boks
khusus ini akan otomatis mendeteksi koleksi dan identitas peminjam, serta
memperbaharui database perpustakaan.
Cara Kerja Sistem RFID
Sumber:http://ciptaalphateknologi.com/
Namun, tentu saja setiap kemunculan teknologi baru menimbulkan kecemasan klasik di kalangan pustakawan sebagai tenaga konfensional sebuah perpustakaan, yaitu "Kalau sudah begini apa lagi fungsi pustakawan?"
REFERENSI
Berliana, Topan, 2005 Perpustakaan Masa depan dengan teknologi RFID Gamatechno.www.irfnet.org/files-upload/pdf-files/company_profile_gamatech
Maryono, Dasar-dasar Radio Fequensi Identification (RFID) Teknologi yang Berpengaruh di Perpustakaan. Media Informasi vol XIV no.20 Tahun 2005
Supriyono, 2009 Penerapan RFID di bidang Perpustakaan, UGM, Yogyakarta
eyaa.. mb mifta mulai menjiwai teori yg krits2 di akhr cerita.. mungkin tar bsa jdi klo balikin buku tinggal taroh di kotak pos, krna dr rfid sistm prpus dh tau rmh mna yg mau balikin buku, dan yg mau balikin uda dikasih notif dr smartpon nya, kerjaan bru buat pak pos
BalasHapusiya dong mas very, kan kita udah belajar teori ktiris, hehe...iya betul itu mungkin jika konsep drop box library bisa diterapkan pak dan kantor pos yang kata pak Ida akan punah tahun 2018, bisa saja punya banyak pekerjaa lagi.
BalasHapusterimakasih komentarnya mas very