Chales
Darwin, Siapapun yang pernah sekolah pasti mengenal namanya. Jika kalian
menjawab Charles Darwin adalah pencetus teori evolusi manusia, berarti buku
paket kita sama.
Benar Charles Darwin adalah pencetus teori evolusi manusia yang menyatakan bahwa manusia dulu asalnya
dari kera dan meski dibantah banyak
ilmuan pada masa itu tapi tetap saja teorinya muncul di buku-buku Biologi kita
sehingga menjadikan namanya sangat familiar bagi anak-anak sekolah.
Tapi bukan
itu yang ingin saya bahas, yang ingin saya bahas pada artikel kali ini adalah munculnya
istilah Digital Darwinism. Digital Darwinsm, saya mendengar istilah ini pertama
kali pada kuliah Isu-Isu Kontemporer, menarik
sekali menurut saya. Meski dikatakan
Digital Darwinsm namun bukanlah Charles Darwin pencetus langsung istilah ini, adalah
Brian Solis seorang digital
analisis, antropolog, dan futuris yang mempelajari efek teknologi baru pada bisnis dan
masyarakat. Seperti Dalam
teori evolusi klasik, Charles Darwin telah mengungkapkan bahwa kemampuan adaptasi adalah lebih penting
daripada kekuatan atau kecerdasan. Adaptasi,
kata inilah yang menginspirasi seorang Brian Solis pada tahun 2006 menulis artikel dengan judul Digital Darwinism: The End of
Business as Usual
Dalam tulisan
tersebut Digital Darwinism didefinisikan sebagai fenomena
ketika teknologi dan (perilaku) masyarakat berkembang lebih cepat daripada
kemampuan (perusahaan/organisasi) untuk beradaptasi. Meski isitilah Digital
Darwinsm diperuntukkan untuk perkembangan dunia bisnis, namun tidak bisa
dipungkiri bahwa perkembangan dunia bisnis sangat bergantung pada perkembangan
dunia teknologi. Fenoma punahnya business
as usual merupakan salah satu efek destructive
technology berkat berkembang pesatnya teknologi.
Faktanya digitalisasi telah
menyebabkan perubahan
perilaku konsumen yang paling terasa dalam beberapa tahun terakhir ini.
Misalnya saja kematian toko buku legendaris Borders, berhenti
terbitnya edisi cetak beberapa majalah dan koran ternama, Serta menurunnya
profit yang dihasilkan toko Blockbuster Movie yang diikuti
penutupan gerai-gerai tokonya, di Indonesia sendiri ada ET45, telepon wartel, travel agent konvensional, rental computer, adalah beberapa contoh
bisnis yang sudah menunjukkan kemunduran karena tidak dapat beradaptasi dengan
perkembangan teknologi, adapatasi digitalisasi inilah yang ditangkap oleh
seorang Brian Solis dan mengaitkannya dengan teori Charles Darwin tentang
kemampuan beradaptasi sehingga muncullah istilah Digital Darwinism.
Berikut ini digambarkan evolusi teknologi dari masa ke masa.
Berikut ini digambarkan evolusi teknologi dari masa ke masa.
The Evolution of Technology & Its Impact on the Development
of Social Businesses”
Pada gambar di atas dalam 60an digambarkan bahwa teknologi telah
menimbulkan rasa ingin tahu yang besar tetapi belum memberikan pengaruh
signifikan pada perilaku konsumen. Pilihan konsumen masih dibatasi oleh
jangkauan geografis.
Selanjutnya pada era 70an teknologi berkembang
pesat pada dunia pendidikan, tetapi lagi-lagi belum memberikan pengaruh
signifikan pada perilaku konsumen. Perusahaan masih mengutamakan pada margin dan profit dibandingkan
dengan memenuhi kebutuhan atau memberikan kepuasan pada konsumennya.
Pengaruh awal teknologi pada perilaku konsumen
dimulai pada era 80an dimana komputerisasi mulai merambah rumah tangga dengan
munculnya produk Personal Computer. Era ini juga ditandai dengan
munculnya generasi awal jaringan komputer yang menghubungkan komputer secara
terbatas. Pada era ini pula pilihan konsumen sudah mulai terbuka sehingga
kepuasan konsumen sudah mulai mendapat perhatian.
Pertumbuhan kualitas dan jangkauan jaringan
komputer ini semakin tidak terbendung di era 90an dengan perkembangan internet
yang menghubungkan komputer dan jaringan komputer secara luas tanpa batas.
Informasi semakin transparan dan mudah diperoleh melalui situs-situs
perusahaan, meskipun situs tersebut dikembangkan masih dengan maksud memberikan
informasi tanpa memberikan ruang cukup bagi konsumen berinteraksi dengan
perusahaan.
Pada awal abad 20, dengan berkembangnya
teknologi mobile communication, perilaku konsumen yang difasilitasi
teknologi semakin mendorong perusahaan untuk berubah dan menyesuaikan diri.
Teknologi merambah segala sisi kehidupan namun belum terintegrasi secara baik,
sehingga yang dihadapi eforia perkembangan teknologi yang dianalogikan sebagai
ledakan tak terkendali.
Pada penguhujung dekade pertama abad 20
perkembangan teknologi semakin terintegrasi penuh dengan kehidupan sehari-hari
manusia. Konsumen memiliki akses penuh pada pilihan produk dan layanan untuk
memenuhi kebutuhannya. Perusahaan pun telah menggeser fokus perhatiannya pada
upaya mengenali kebutuhan dan cara men-deliver produk/layanannya
untuk memenuhi kebutuhan konsumennya tersebut.
At the end of the day, seperti kata Charles Darwin, kemampuan
beradaptasi lebih penting dari kekuatan dan kecerdasan, "Adapt or Die"
REFERENSI
Solis,Brian 2006. "Digital Darwinism: The End of Business As Usual". (http://www.briansolis.com/?s=digital+darwinism&post_type=post&search_button=Search)
Solis, Brian. 2006. “The End of Business As Usual: Rewire the Way You Work to Succeed in the Consumer Revolution”. (Online)
REFERENSI
Solis,Brian 2006. "Digital Darwinism: The End of Business As Usual". (http://www.briansolis.com/?s=digital+darwinism&post_type=post&search_button=Search)
Solis, Brian. 2006. “The End of Business As Usual: Rewire the Way You Work to Succeed in the Consumer Revolution”. (Online)
Solis, Brian. 2010. "Digital Darwinism: How Disruptive Technology Is Changing Business for Good" (https://www.wired.com/insights/2014/04/digital-darwinism-disruptive-technology-changing-business-good/)